Refleksi 75 Tahun Harba PII Dlm Prespektif membangun Peradaban

Oleh: HMS Suhary AM*
I. Mukaddimah.
Pelajar Islam Indonesia (PII) bertujuan membangun; Kesempurnaan Pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam bagi Rakyat Indonesia dan umat manusia”. Sudah sejauh mana pencapaiannya…?
Pertanyaannya adalah;
Pertama; Jika diukur dalam Indeks Kualitas SDM dan Pendidikan, PII tidak memiliki data yang akurat yang dapat di pertanggung jawabkan. Kedua; Secara umum dapat dilihat dari data Indeks SDM dan Pendidikan Indonesia. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) 2021, masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara lain. Indonesia ada pada urutan ke 50 dari 141 negara dan masih dibawah Malaysia dan Thailand.
Human Capital Index (HCI) 2020, masih dibawah Singapura, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Vietnam. Sedikit lebih baik dari Philipina, Myanmar, Laos dan Timor Leste.
Berdasarkan World
Population Review (WPR) Indonesia masih di peringkat ke 54 dari 78 negara tingkat pendidikan dunia.
Di Asia, Indonesia masih berada dalam urutan ke 55 dari 73 negara.
Dari 147 negara yang disurvey Indonesia ada pada urutan ke 87. Demikian rendahnya kualitas SDM Indonesia (Laporan Human Delopment Index (HDI) 2020, dari UNDP Indonesia ada di peringkat 111 dari 189 negara.
Dari lembaga Political and Economic Risk Consultant (PERC) Indonesia berada di urutan ke 12 dari 12 negara (urutan terakhir). Sungguh sangat menyedihkan sekali.
Ketiga; Pelajar Islam Indonesia (PII) Bangkit dalam kancah revolusi berjuang di saat Indonesia menghadapi agresi militer ke 2 penjajah Belanda.
Keempat; PII membangun pendidikan melalui pengkaderan secara continuing belum bisa memberikan arti signifikan dalam dunia pendidikan.
Kelima; Masa perjuangan PII dapat dibagi pada Fase Revolusi dan Kemerdekaan.
Fase Konsolidasi PII Seluruh indonesia. Fase Konflik Ideologi pada Masa Orde Lama hingga rezim Orde Lama jatuh. Fase Tantangan terhadap Azas Tunggal Pancasila di era Orde Baru.
Fase Reformasi dan era globalisasi.Fase ini juga PII dihadapkan oleh tantangan ideologi (Sekularisme, Liberalisme dan Komunisme).
Isu terorisme dan radikalisme, islamphobia terus dihembuskan oleh kalangan “Anti Islam” untuk menjatuhkan harkat dan martabat Islam di berbagai mancanegara.
Indonesia menjadi negara stagnan dan susah menjadi negara maju secara signifikan, karena korupsi sudah merajalela, kepemimpinan yang lemah alias tidak kuat (is not strong leader…).
Ketergantungan terhadap hutang LN (Foreign Debt). Lihat hutang Indonesia sudah di atas 7000 triliunan rupiah. Cenderung ketergantungan ke negara adi daya poros China Komunis (2019-2024).
II. Membangun Peradaban Bangsa.
Bangsa yang beradab adalah bangsa yang memiliki nilai-nilai peradaban dalam prespektif kemanusiaan yang adil dan beradab.
Keadaban sebuah bangsa adalah kemajuan dari sains dan teknologi. Nilai sosial budaya yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaan.
Pendidikan politik kenegaraan menjadi penting bagi anak bangsa dan tidak tercabik-cabik oleh syahwat kekuasaan yang rendah mengorbankan anak bangsa.
Demokrasi terbangun dengan baik dengan cara yang sehat serta beradab bukan democ crazy yang mengorbankan nyawa anak bangsa.
Prof. Huntington Pakar Politik AS dalam Tesisnya menyatakan bahwa dewasa ini bukan lagi perang nuklir akan tetapi perang peradaban (Clash of Civilization).
The presence of religion, especially the religion of mission, in human life has established a separate Civilization characteristics which can lead to a Clash Civilization. The Clash believe to be a necessity is mainly triggered by modernity which in the end led to the secularization. The above assumtions initiated by Huntington still can be criticized for several reason. How ever, the tolerance between Civilization should be implemented. In this regard, multiculturalism as the willingness to accept other group equally as an entity regardless of cultural differences, etnicity, gender. language , religion or country becomes important to be discussed. Likewise, vertical and horizontal dialogue should be the most essential way to cultivate harmonious life among all religion people. (Subtantia Journal, October 2014 Volume 16 NO.2).
Huntington mengungkap dalam tesisnya bahwa benturan peradaban itu terjadi antara Islam dan Barat juga peradaban lainnya. Seperti Peradaban Timur (Budha,Tiongkok, Hindu dan Jepang).
Peradaban Islam berkembang di Timur Tengah, Afrika, Asia, AsiaTenggara.
Konflik Peradaban terus berkembang di berbagai belahan dunia. Huntington mengidentifikasi bahwa benturan peradaban itu terjadi antara lain; (1). Peradaban Barat (2). Peradaban China (3). Peradaban Jepang (4). Peradaban Amerika Latin (5). Peradaban Afrika (6). Peradaban Hindu (7). Peradaban Budha (8). Peradaban Islam dan (9). Peradaban Kristen Ortodox.
Benturan yang paling keras adalah benturan peradaban antara Islam dan Barat.
Wajah Islam oleh Barat ditampilkan secara buruk The Rage of Islam.
III. Membangun Peradaban.
Dari prespektif sejarah bahwa Nabi Muhammad SAW telah membangun Peradaban bangsa Islam dalam waktu 23 tahun saja. Waktu yang relatif singkat, namun hasilnya luar biasa.
13 tahun di Mekkah menanamkan Tauhidullah
10 tahun di Madinah, membangun masyarakat dan negara. (Ipoleksodbud)
Landasan konstitusi negara dengan Piagam Madinah atau Shahifah Al Madaniyah/ Undang-undang Kenegaraan Islam.
Sumbangsih terbesar Islam untuk dunia dan umat manusia adalah Bangunan Peradaban Islam di berbagai belahan dunia menjadi legenda kesejarahan dan kini terus berkesinambungan pada abad 21 sekarang hingga ke depan Islam akan memimpin dunia.
Jatuh bangunnya Peradaban Islam terus maju dan berkembang dalam bentuk pembangunan SDM dan pendidikan sains dan teknologi serta Ipoleksosbud hankam di berbagai belahan negeri-negeri Islam, kecuali Indonesia yang masih berkutat dengan problema dalam negeri. Negara negara lain sudah maju entah kemana….., Indonesia masih ribut soal jabatan 3 periode, sembako, minyak goreng, migas dll.
Banyak mengundang mahasiwa dan masyarakat untuk demo dan memprotes kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat banyak.
PII Harus dapat mendisain bangunan Peradaban Islam ke depan bagi bangsa Indonesia. (HARBA PII 4 Mei 1947 – 4 Mei 2022.)
HMS. Suhary AM, _
Direktur Pusat Kajian Strategis Internasional (PKSI)
DPP BAKOMUBIN.